Memasuki kehidupan yang semakin mengglobal, wawasan
kebangsaan Indonesia perlu ditata kembali. Dengan mencoba mendalami, menangkap
berbagai ungkapan dari masyarakat, terutama dari kalangan cendikiawan dan
pemuka masyarakat, memang ada hal-hal yang menjadi keprihatinan. Pertama, ada
kesan seakan-akan semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi
terutama dikalangan generasi muda; seringkali disebut bahwa sifat
materialistis, telah menggantikan idealisme yang merupakan sukmanya kebangsaan.
Kedua, ada kekhawatiran ancaman disintegrasi kebangsaan. Ketiga, ada
keprihatinan adanya upaya untuk menyalurkan pandangan hidup ke dalam pola pikir
asing.
Mengenai kekhawatiran yang pertama, memang bisa
diperoleh banyak pandangan. Pada dasarnya gejala yang dikhawatirkan itu
sebenarnya lebih mencerminkan perkembangan gaya hidup. cara berpakaian,
lagu-lagu, makanan, bahasa, bahkan sikap sehari-hari mencerminkan gaya hidup
internasional, terutama diperkotaan. peningkatan taraf hidup, globalisasi dan
informasi juga menyebabkan terjadinya erosi kebangsaan. apakah makin
terintegrasinya Indonesia kepada pola kehidupan dan ekonomi dunia merupakan
ancaman yang mendasar terhadap rasa kebangsaan. Hal ini sulit untuk dapat
dibuktikan. Ujiannya adalah seberapa jauh bangsa indonesia, terutama generasi
mudanya, merasa terpanggil dan bereaksi ketika bangsa dan negaranya berada
dalam ancaman.
Kekhawatiran yang kedua yang juga perlu mendapat
perhatian adalah terutama mengenai adanya gejala mempertentangkan berbagai
perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia. Bangsa indonesia sangat majemuk.
Karena itu ada Sumpah Pemuda dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Sejarah telah
menunjukkan betapa kemajemukan itu dapat mendorong divergensi yang dengan susah
payah telah diatasi sehingga Indonesia tetap menjadi bangsa yang utuh. Upaya
ini dilakukan sejak awal Kemerdekaan hingga dewasa ini.
Disamping ada potensi divergensi, kemajemukan atau
kebhinnekaan juga merupakan potensi kekuatan yang besar bagi suatu bangsa.
Adanya unsur-unsur yang berbeda juga dapat dihimpunakan menghasilkan kekuatan
yang lebih besar, daripada hanya terdiri atas unsur yang seragam. Oleh karena
itu, sangat penting mengenali adanya kemajemukan, dan memadukan serta
memanfaatkannya untuk membangun kekuatan dahsyat guna mewujudkan cita-cita
perjuangan. Untuk mencapai cita-cita dimaksud, ajaran Bhinneka Tunggal Ika yang
mengenal kesatuan dalam perbedaan, sebagaimana telah dipraktekkan sejak leluhur
bangsa Indonesia, yang kini mencapai hasilnya dan perlu dimantapkan
pelaksanaanyya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kekhawatiran yang ketiga, tidak terlepas dari kedua
hal sebelumnya. Kesadaran masyarakat yang makin meningkat, sebagai hasil
pembangunan menyebabkan tumbuhnya sikap kritis. Keterbukaan yang dihasilkan
oleh pembangunan politik membuat segala pandangan dapat dikemukakan secara
bebas. Dengan sendirinya terjadi pula interaksi yang makin leluasa dan kerap
dengan pandangan-pandangan dari luar. Akibatnya, timbul berbagai jargon politik
seperti demokratisasi dan arus bawah yang sebetulnya merupakan rumusan-rumusan
netral, kalau tidak dimuati dengan konotasi tertentu. Keinginan untuk membangun
kehidupan nasionak yang partisipatif dan demokratis adalah wajar dan menjadi
kekhawatiran, dalam proses itu berkembang pemikira-pemikiran yang asing, yang
dengan pandangan hidup bangsa. lebih jauh lagi, terkesan bahwa perubahan menuju
arah kehidupan yang makin bebas sepertinya boleh capai dengan menghalalkan
segala cara
Sesungguhnya tidak ada orang yang menentang
pembaharuan, bahkan hal itu diamanatkan oleh UUD 1945. Namun, pembaharuan itu
harus dilakukan didalam sistem dan terprogram hanya akan menyebabkan gejolak
yang tidak menguntungkan siapapun dan pada saat yang sama masyarakat tidak
dapat menghindari adanya gejolak yang ditimbulkan dari ketidak beresan dalam
melakukan pembaharuan (modernisasi).
No comments:
Post a Comment