Friday, 27 May 2016

Tantangan Wawasan Kebangsaan Indonesia



Memasuki kehidupan yang semakin mengglobal, wawasan kebangsaan Indonesia perlu ditata kembali. Dengan mencoba mendalami, menangkap berbagai ungkapan dari masyarakat, terutama dari kalangan cendikiawan dan pemuka masyarakat, memang ada hal-hal yang menjadi keprihatinan. Pertama, ada kesan seakan-akan semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi terutama dikalangan generasi muda; seringkali disebut bahwa sifat materialistis, telah menggantikan idealisme yang merupakan sukmanya kebangsaan. Kedua, ada kekhawatiran ancaman disintegrasi kebangsaan. Ketiga, ada keprihatinan adanya upaya untuk menyalurkan pandangan hidup ke dalam pola pikir asing.

Mengenai kekhawatiran yang pertama, memang  bisa diperoleh banyak pandangan. Pada dasarnya gejala yang dikhawatirkan itu sebenarnya lebih mencerminkan perkembangan gaya hidup. cara berpakaian, lagu-lagu, makanan, bahasa, bahkan sikap sehari-hari mencerminkan gaya hidup internasional, terutama diperkotaan. peningkatan taraf hidup, globalisasi dan informasi juga menyebabkan terjadinya erosi kebangsaan. apakah makin terintegrasinya Indonesia kepada pola kehidupan dan ekonomi dunia merupakan ancaman yang mendasar terhadap rasa kebangsaan. Hal ini sulit untuk dapat dibuktikan. Ujiannya adalah seberapa jauh bangsa indonesia, terutama generasi mudanya, merasa terpanggil dan bereaksi ketika bangsa dan negaranya berada dalam ancaman.

Kekhawatiran yang kedua yang juga perlu mendapat perhatian adalah terutama mengenai adanya gejala mempertentangkan berbagai perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia. Bangsa indonesia sangat majemuk. Karena itu ada Sumpah Pemuda dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Sejarah telah menunjukkan betapa kemajemukan itu dapat mendorong divergensi yang dengan susah payah telah diatasi sehingga Indonesia tetap menjadi bangsa yang utuh. Upaya ini dilakukan sejak awal Kemerdekaan hingga dewasa ini.

Disamping ada potensi divergensi, kemajemukan atau kebhinnekaan juga merupakan potensi kekuatan yang besar bagi suatu bangsa. Adanya unsur-unsur yang berbeda juga dapat dihimpunakan menghasilkan kekuatan yang lebih besar, daripada hanya terdiri atas unsur yang seragam. Oleh karena itu, sangat penting mengenali adanya kemajemukan, dan memadukan serta memanfaatkannya untuk membangun kekuatan dahsyat guna mewujudkan cita-cita perjuangan. Untuk mencapai cita-cita dimaksud, ajaran Bhinneka Tunggal Ika yang mengenal kesatuan dalam perbedaan, sebagaimana telah dipraktekkan sejak leluhur bangsa Indonesia, yang kini mencapai hasilnya dan perlu dimantapkan pelaksanaanyya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kekhawatiran yang ketiga, tidak terlepas dari kedua hal sebelumnya. Kesadaran masyarakat yang makin meningkat, sebagai hasil pembangunan menyebabkan tumbuhnya sikap kritis. Keterbukaan yang dihasilkan oleh pembangunan politik membuat segala pandangan dapat dikemukakan secara bebas. Dengan sendirinya terjadi pula interaksi yang makin leluasa dan kerap dengan pandangan-pandangan dari luar. Akibatnya, timbul berbagai jargon politik seperti demokratisasi dan arus bawah yang sebetulnya merupakan rumusan-rumusan netral, kalau tidak dimuati dengan konotasi tertentu. Keinginan untuk membangun kehidupan nasionak yang partisipatif dan demokratis adalah wajar dan menjadi kekhawatiran, dalam proses itu berkembang pemikira-pemikiran yang asing, yang dengan pandangan hidup bangsa. lebih jauh lagi, terkesan bahwa perubahan menuju arah kehidupan yang makin bebas sepertinya boleh capai dengan menghalalkan segala cara 

Sesungguhnya tidak ada orang yang menentang pembaharuan, bahkan hal itu diamanatkan oleh UUD 1945. Namun, pembaharuan itu harus dilakukan didalam sistem dan terprogram hanya akan menyebabkan gejolak yang tidak menguntungkan siapapun dan pada saat yang sama masyarakat tidak dapat menghindari adanya gejolak yang ditimbulkan dari ketidak beresan dalam melakukan pembaharuan (modernisasi).

No comments:

Post a Comment